Followers

Thursday 8 October 2009

Sketsa kehidupan di malam Raya.

Takbir Raya berkumandang di kaca tv, seraut wajah sayu terus mengadap skrin tanpa menoleh. Matanya yang bundar mengerlipkan kelopak mata lalu mengalirkan airmata sedih. Anak-anak di sisi bagaikan mengerti apa yang dideritai sang ibu di malam yang mulia itu.
Namun ada yang masih sangsi serta inginkan kepastian lalu bahu ibu di pegang," mak...jangan sedih,esok raya." Entah apa yang ingin diperkatakan lagi tetapi terbuku ketika merenung posisi ibu yang terlalu dalam maknanya.
Mengapa kesedihan ini yang datang setiap kali takbir bergema, mengapa bayangan cerita yang lalu datang mengganggu di malam yang gemilang ini. Mungkinkah akan hilang segala kenangan itu bila segalanya berubah dan berganti?
Tiba-tiba sang ibu tersedar dari kesedihannya lalu memberikan senyuman yang selalu dihiaskan demi anak-anak.Dia menoleh ke arah anak-anak yang masih bergantung hidup dengannya. Setiap satu wajah mereka di jelajahinya dengan penuh kasih sayang lalu di depang kedua belah tangannya yang masih kuat, tangan yang memberi seribu satu makna kepada sekelian anak-anaknya, badan mereka didakap mesra dalam pelukan yang lama dan penuh harapan...
"Biasalah bila dengar takbirkan...bulan puasa dah pergi dan entah dapat ke kita rasa lagi." Sebaris ayat dihamburkan demi menyedapkan perasaan tetapi yang hakikinya dia terasa kehilangan dan masih terasa akan kehilangan itu...semuanya datang bagai taufan merampas semua kebahagiaan yang baru mula menapak dan berbuah .
Namun hancurnya penantian ini tak setanding dengan kehancuran mangsa bencana nun jauh di sana.... Sesungguhnya Allah Maha berkuasa dan Maha mengetahui apa di sebalik takdir dan apa yang telah pun terjadi.
Laillahailla anta, subhanaka inni, kuntu minazzolimin...

No comments:

Post a Comment